Kamis, 15 April 2010

Model Pembelajaran TAI


PEMBELAJARAN KOOPERATIF
TIPE TEAM ASSISTED/ACCELERATED INSTRUCTION (TAI)
by: Heru Wahyudi

1. Pendahuluan

 Matematika sebagai mata pelajaran yang membekali siswanya untuk memiliki kemampuan berpikir logis, analitis, sistematis, kritis dan kreatif serta mampu bekerja sama masih banyak kurang diminati oleh siswa. Dari beberapa hasil pengamatan penulis selama menjadi guru matematika, dijumpai masih banyaknya siswa yang takut, kurang senang dan menemui kesulitan dalam menghadapi pelajaran matematika. Tidak jarang pula dari siswa yang mengeluhkan bahwa matematika dianggapnya sebagi pelajaran yang membosankan, menjenuhkan ataupun banyak sebutan lain yang bernilai negatif. 
Meskipun dalam proses belajar mengajar sudah tercakup adanya komponen-komponen seperti model, strategi, pendekatan, metode, dan tehnik yang dikembangkan untuk meningkatkan minat siswa dalam belajar serta untuk mencapai tujuan utama pembelajaran yaitu adanya keberhasilan siswa dalam belajar dalam rangka pendidikan baik dalam suatu mata pelajaran maupun pendidikan pada umumnya , namun semua itu belum cukup untuk menghilangkan kesan negatif yang sudah melekat pada siswa.
 Kegiatan pembelajaran disekolah menunjukkan bahwa banyak model pembelajaran dikembangkan, namun masih jarang digunakan dalam proses pembelajaran. Adanya kecenderungan untuk melaksanakan pembelajaran yang berpusat pada guru (teacher centred) masih lebih dominan dilakukan daripada pembelajaran yang berpusat pada siswa (student oriented). Hal ini disebabkan adanya perasaan ribet atau terlalu banyak hal yang harus dipersiapkan ataupun kurangnya pengetahuan guru tentang model-model pembelajaran yang tepat untuk digunakan. Untuk mencapai tujuan pembelajaran yang optimal yang harus diingat oleh guru adalah tidak ada model pembelajaran yang paling tepat untuk segala situasi dan kondisi . Oleh karena itu, dalam memilih model pembelajaran yang tepat haruslah memperhatikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri. 
 Cooperative Learning sebagai salah model pembelajaran yang dapat dilakukan dalam proses pembelajaran merupakan salah satu model pembelajaran yang dapat dijadikan sebagai alternatif langkah untuk mengatasi permasalahan diatas. Cooperative Learning yang memiliki berbagai tipe sangat memungkinkan dilakukan dengan menyesuaikan kondisi siswa, sifat materi bahan ajar, fasilitas-media yang tersedia, dan kondisi guru itu sendiri.
 Berikut penulis sajikan Model Pembelajaran Cooperative Learning type TAI (Team Assisted Individualization/Team Accelerated Instruction) dan implementasinya pada pembelajaran matematika.

2. Pembelajaran Kooperatif
Sistem pembelajaran gotong royong atau cooperative learning merupakan system pengajaran yang memberi kesempatan kepada anak didik untuk bekerja sama dengan sesama siswa dalam tugas-tugas yang terstruktur. Pembelajaran kooperatif dikenal dengan pembelajaran secara berkelompok. Tetapi belajar kooperatif lebih dari sekedar belajar kelompok atau kerja kelompok karena dalam belajar kooperatif ada struktur dorongan atau tugas yang bersifat kooperatif sehingga memungkinkan terjadinya interaksi secara terbuka dan hubungan yang bersifat interdepedensi efektif diantara anggota kelompok (Sugandi, 2002: 14) .
Pembelajaran kooperatif telah dikembangkan secara intensif melalui berbagai penelitian yang bertujuan untuk meningkatkan kerjasama akademik antar siswa, membentuk hubungan positif, mengembangkan rasa percaya diri, serta meningkatkan kemampuan akademik melalui aktivitas kelompok.
Dalam pembelajaran kooperatif terdapat saling ketergantungan positif antar siswa untuk mencapai tujuan pembelajaran. Setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk sukses. Aktivitas belajar berpusat pada siswa dalam bentuk diskusi, mengerjakan tugas bersama, saling membantu dan saling mendukung dalam memecahkan masalah. Melalui interaksi belajar yang efektif siswa lebih termotivasi, percaya diri, mampu menggunakan strategi berpikir tingkat tinggi, serta mampu membangun hubungan interpersonal. Model pembelajaran kooperatif memungkinkan semua siswa dapat menguasai materi pada tingkat penguasaan yang relatif sama atau sejajar.
Ada 4 macam model pembelajaran kooperatif yang dikemukakan oleh Arends (2001) , yaitu; (1) Student Teams Achievement Division (STAD), (2) Group Investigation, (3)Jigsaw, dan (4) Structural Approach. Sedangkan dua pendekatan lain yang dirancang untuk kelas-kelas rendah adalah; (1) Cooperative Integrated Reading and Composition (CIRC) digunakan pada pembelajaran membaca dan menulis pada tingkatan 2-8 (setingkat TK sampai SD), dan Team Accelerated Instruction (TAI) digunakan pada pembelajaran matematika untuk tingkat 3-6 (setingkat TK).

2.1 Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif 
Ciri-ciri model pembelajaran kooperatif adalah; (1) belajar bersama dengan teman, (2) selama proses belajar terjadi tatap muka antar teman, (3) saling mendengarkan pendapat di antara anggota kelompok, (4) belajar dari teman sendiri dalam kelompok, (5) belajar dalam kelompok kecil, (6) produktif berbicara atau saling mengemukakan pendapat, (7) keputusan tergantung pada siswa sendiri, (8) siswa aktif (Stahl, 1994) . 
Senada dengan ciri-ciri tersebut, Johnson dan Johnson (1984) serta Hilke (1990) mengemukakan ciri-ciri pembelajaran kooperatif adalah; (1) terdapat saling ketergantungan yang positif antar anggota kelompok, (2) dapat dipertanggungjawabkan secara individu, (3) heterogen, (4) berbagi kepemimpinan, (5) berbagi tanggung jawab, (6) menekankan pada tugas dan kebersamaan, (7) membentuk keterampilan sosial, (8) peran guru mengamati proses belajar mahasiswa, (9) efektivitas belajar tergantung pada kelompok. Proses belajar terjadi dalam kelompok-kelompok kecil (3-4 orang anggota), bersifat heterogen tanpa memperhatikan perbedaan kemampuan akademik, jender, suku, maupun lainnya.

2.2 Prinsip Dasar
Model pembelajaran kooperatif dikembangkan berpijak pada beberapa pendekatan yang diasumsikan mampu meningkatkan proses dan hasil belajar siswa. Pendekatan yang dimaksud adalah belajar aktif, konstruktivistik, dan kooperatif. Beberapa pendekatan tersebut diintegrasikan dimaksudkan untuk menghasilkan suatu model pembelajaran yang memungkinkan siswa dapat mengembangkan potensinya secara optimal. Belajar aktif, ditunjukkan dengan adanya keterlibatan intelektual dan emosional yang tinggi dalam proses belajar, tidak sekedar aktifitas fisik semata. Siswa diberi kesempatan untuk berdiskusi, mengemukakan pendapat dan idenya, melakukan eksplorasi terhadap materi yang sedang dipelajari serta menafsirkan hasilnya secara bersama-sama di dalam kelompok. Siswa dibebaskan untuk mencari berbagai sumber belajar yang relevan. Kegiatan demikian memungkinkan siswa berinteraksi aktif dengan lingkungan dan kelompoknya, sebagai media untuk mengembangkan pengetahuannya.
Pendekatan konstruktivistik dalam model pembelajaran kooperatif dapat mendorong siswa untuk mampu membangun pengetahuannya secara bersama-sama di dalam kelompok. Mereka didorong untuk menemukan dan mengkonstruksi materi yang sedang dipelajari melalui diskusi, observasi atau percobaan. Siswa menafsirkan bersama-sama apa yang mereka temukan atau mereka bahas. Dengan cara demikian, materi pelajaran dapat dibangun bersama dan bukan sebagai transfer dari guru. Pengetahuan dibentuk bersama berdasarkan pengalaman serta interaksinya dengan lingkungan di dalam kelompok belajar, sehingga terjadi saling memperkaya diantara anggota kelompok. Ini berarti, siswa didorong untuk membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahaman terhadap konsep yang sedang dipelajari meningkat. Mereka didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang terhadap materi atau masalah yang sama, untuk kemudian membangun sudut pandang atau mengkonstruksi pengetahuannya secara bersama pula. Hal ini merupakan realisasi dari hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.
Pendekatan kooperatif mendorong dan memberi kesempatan kepada siswa untuk trampil berkomunikasi. Artinya, siswa didorong untuk mampu menyatakan pendapat atau idenya dengan jelas, mendengarkan orang lain dan menanggapinya dengan tepat, meminta feedback serta mengajukan pertanyaan-pertanyaan dengan baik. Siswa juga mampu membangun dan menjaga kepercayaan, terbuka untuk menerima dan memberi pendapat serta ide-idenya, mau berbagi informasi dan sumber, mau memberi dukungan pada orang lain dengan tulus. Siswa juga mampu memimpin dan trampil mengelola kontroversi (managing controvercy) menjadi situasi problem solving, mengkritisi ide bukan personal orangnya.
Model pembelajaran kooperatif ini akan dapat terlaksana dengan baik jika dapat ditumbuhkan suasana belajar yang memungkinkan diantara siswa serta antara siswa dan guru merasa bebas mengeluarkan pendapat dan idenya, serta bebas dalam mengkaji serta mengeksplorasi topik-topik penting dalam pelajaran. Guru dapat mengajukan berbagai pertanyaan atau permasalahan yang harus dipecahkan di dalam kelompok. Siswa berupaya untuk berpikir keras dan saling mendiskusikan di dalam kelompok. Kemudian guru serta siswa lain dapat mengejar pendapat mereka tentang ide-idenya dari berbagai perspektif. Guru juga mendorong siswa untuk mampu mendemonstrasikan pemahamannya tentang pokok-pokok permasalahan yang dikaji menurut ide kelompoknya.
Berpijak pada karakteristik pembelajaran di atas, diasumsikan model pembelajaran kooperatif mampu memotivasi siswa dalam melaksanakan berbagai kegiatan, sehingga mereka merasa tertantang untuk menyelesaikan tugas-tugas bersama secara kreatif. Model pembelajaran ini dapat diterapkan dalam pembelajaran di berbagai mata pelajaran, baik untuk topik-topik yang bersifat abstrak maupun yang bersifat konkrit.

2.3 Kompetensi
Kompetensi yang dapat dicapai melalui model pembelajaran kooperatif adalah (1) pemahaman terhadap nilai, konsep atau masalah-masalah yang berhubungan dengan disiplin ilmu tertentu, (2) kemampuan menerapkan konsep/memecahkan masalah, (3) kemampuan menghasilkan sesuatu secara bersama-sama berdasarkan pemahaman terhadap materi yang menjadi obyek kajiannya, juga dapat dikembangkan (4) softskills kemampuan berfikir kritis, berkomunikasi, bertanggung jawab, serta bekerja sama. 
Menurut M. Nur dkk (2000) , pembelajaran kooperatif mempunyai tiga tujuan penting, yaitu:
a. Hasil belajar akademik
  Pembelajaran kooperatif bertujuan untuk meningkatkan kinerja siswa dalam tugas-tugas akademik. Banyak ahli yang berpendapat bahwa model kooperatif unggul dalam membantu siswa untuk memahami konsep-konsep yang sulit.
b. Penerimaan terhadap keragaman
  Model kooperatif bertujuan agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai macam perbedaan latar belakang. Perbedaan tersebut antara lain perbedaan suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial.
c. Pengembangan keterampilan sosial. 
 Model kooperatif bertujuan untuk mengembangkan keterampilan sosial siswa. Keterampilan sosial yang dimaksud dalam pembelajaran kooperatif antara lain adalah: berbagi tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok, dan sebagainya. 
Kompetensi atau tujuan pembelajaran tersebut hanya mungkin tercapai jika kesempatan untuk menghayati berbagai kemampuan tersebut disediakan secara memadai, dalam arti model pembelajaran kooperatif diterapkan secara benar dan memadai.

2.4 Materi
Materi yang sesuai disajikan dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif adalah materi-materi yang menuntut pemahaman tinggi terhadap nilai, konsep, atau prinsip, serta masalah-masalah aktual yang terjadi di masyarakat. Materi ketrampilan untuk menerapkan suatu konsep atau prinsip dalam kehidupan nyata juga dapat diberikan. Materi dapat berasal dari berbagai mata pelajaran, seperti bahasa, masalah-masalah social ekonomi, masalah kehidupan bermasyarakat, peristiwa-peristiwa alam, serta ketrampilan dan masalah-masalah lainnya.

2.5 Langkah-langkah pembelajaran Kooperatif
Menurut Nur (2000) , Terdapat 6 (enam) langkah dalam model pembelajaran kooperatif.
Langkah Indikator Tingkah Laku Guru
Langkah 1 Menyampaikan tujuan
dan memotivasi siswa.
 Guru menyampaikan tujuan
pembelajaran dan
mengkomunikasikan kompetensi
dasar yang akan dicapai serta
memotivasi siswa.
Langkah 2 Menyajikan informasi. Guru menyajikan informasi kepada
siswa.
Langkah 3 Mengorganisasikan
siswa ke dalam
kelompok-kelompok
belajar. Guru menginformasikan
pengelompokan siswa.

Langkah 4 Membimbing
kelompok belajar.
 Guru memotivasi serta memfasilitasi
kerja siswa dalam kelompokkelompok
belajar.
Langkah 5 Evaluasi. Guru mengevaluasi hasil belajar
tentang materi pembelajaran yang
telah dilaksanakan.
Langkah 6 Memberikan
penghargaan.
 Guru memberi penghargaan hasil
belajar individual dan kelompok.



3. Pembelajaran Kooperatif Type Team Assisted Individualization /Team Accelerated Instruction.
Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama. Terjemahan bebas dari TAI adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) dengan karaktristik bahwa (Driver,1980) tanggung jawab belajar adalah pada siswa. Oleh karena itu siswa harus membangun pengetahuan tidak menerima bentuk jadi dari guru. Pola komunikasi guru adalah negoisasi dan bukan imposisi-intruksi. 
Sintak BidaK menurut Slavin (1985) adalah: (1) buat kelompok heterogen dan berikan bahan ajar berupak modul, (2) siswa belajar kelompok dengan dibantu oleh siswa pandai anggota kelompok secara individual, saling tukar jawaban, saling berbagi sehingga terjadi diskusi, (3) penghargaan kelompok dan refleksi serta tes formatif.
Dari hasil kajian pustaka yang penulis lakukan, disimpulkan bahwa terdapat perbedaan antara pembelajaran TAI (Team Assisted Indivualization) dengan TAI (Team Accelerated Instruction). Perbedaan terletak pada pemberian bahan ajar untuk siswa. Pada TAI Assisted bahan ajar yang diberikan terhadap suatu kelompok tidak membedakan kemampuan individu. Sedangkan pada TAI Accelerated bahan ajar yang diberikan pada masing-masing individu dalam kelompok dibedakan sesuai dengan kemampuan, siswa dengan kemampuan bagus memperoleh bahan ajar dengan tingkat kesulitan yang lebih tinggi dibanding siswa yang memiliki kemampuan kurang.

Langkah-Langkah Pembelajaran Kooperatif Type TAI
 Uraian tentang langkah-langkah pembelajaran kooperatif type TAI dibedakan menjadi 2(dua) yaitu TAI dalam artian Accelerated dan TAI dalam artian Assisted. Dalam penulisan lebih banyak dibahas adalah TAI dalam artian Assisted
3.1 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Accelerated Instruction) 
Kegiatan belajar dengan model ini dimulai dengan guru membagi kelas menjadi beberapa kelompok. Biasanya antara 4-5 siswa di setiap kelompoknya. Masing-masing siswa memperoleh bahan ajar yang berbeda-beda disesuaikan dengan kemampuan siswa. Siswa berkemampuan tinggi mendapatkan bahan ajar yang berbeda dengan siswa berkemampuan rendah. Selanjutnya, siswa diminta mengerjakan beberapa soal. Tentu saja dengan kualitas yang berbeda pula sesuai dengan kemampuan siswa. Setelah selesai mengerjakan soal, hasil kerja siswa dalam kelompok dikumpulkan menjadi satu dan dikoreksi silang dengan kelompok lain. Satu hal yang harus diperhatikan adalah soal siswa berkemampuan tinggi harus dikoreksi oleh siswa berkemampuan tinggi juga. Demikian juga dengan soal untuk siswa berkemampuan sedang dan rendah. Jika hasil yang diperoleh memenuhi kritertia ketuntasan yang telah ditetapkan, maka siswa tersebut berhak mengikuti tes akhir. Bagi siswa yang belum memenuhi standar tersebut akan diberikan beberapa soal lagi yang tentu saja harus setara dengan soal sebelumnya sampai akhirnya memperoleh nilai yang diinginkan guru.

3.2 Langkah-langkah pembelajaran kooperatif tipe TAI (Team Assisted Individualization) 
a.Guru memberikan tugas kepada siswa untuk mempelajari materi pembelajaran secara individual yang sudah dipersiapkan oleh guru.
b. Guru memberikan kuis secara individual kepada siswa untuk mendapatkan
skor dasar atau skor awal.
c. Guru membentuk beberapa kelompok. Setiap kelompok terdiri dari 4 – 5 siswa dengan kemampuan yang berbeda-beda baik tingkat kemampuan (tinggi, sedang dan rendah) Jika mungkin anggota kelompok berasal dari ras, budaya, suku yang berbeda serta kesetaraan jender.
d. Hasil belajar siswa secara individual didiskusikan dalam kelompok. Dalam diskusi kelompok, setiap anggota kelompok saling memeriksa jawaban teman satu kelompok.
e. Guru memfasilitasi siswa dalam membuat rangkuman, mengarahkan, dan memberikan penegasan pada materi pembelajaran yang telah dipelajari.
f. Guru memberikan kuis kepada siswa secara individual.
g. Guru memberi penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar individual dari skor dasar ke skor kuis berikutnya (terkini).

Tekhnik Pembentukan dan Pemberian Penghargaan Kelompok
Salah satu cara membentuk kelompok berdasarkan kemampuan akademik seperti berikut ini.
Kemampuan No Nama Ranking Kelompok
Tinggi 1 1 A
 2 2 B
 3 3 C
 4 4 D
Sedang 5 5 D
 6 6 C
 7 7 B
 8 8 A
 9 9 A
 10 10 B
 11 11 C
 12 12 D
Rendah 13 13 D
 14 14 C
 15 15 B
 16 16 A

Menurut Slavin (1995) guru memberikan penghargaan pada kelompok berdasarkan perolehan nilai peningkatan hasil belajar dari nilai dasar (awal) ke nilai kuis/tes setelah siswa bekerja dalam kelompok. Cara-cara penentuan nilai penghargaan kepada kelompok dijelaskan sebagai berikut.
Langkah – langkah memberi penghargaan kelompok:
1. Menentukan nilai dasar (awal) masing-masing siswa. Nilai dasar (awal) dapat berupa nilai tes/kuis awal atau menggunakan nilai ulangan sebelumnya.
2. Menentukan nilai tes/kuis yang telah dilaksanakan setelah siswa bekerja dalam kelompok, misal nilai kuis I, nilai kuis II, atau rata-rata nilai kuis I dan kuis II kepada setiap siswa yang kita sebut nilai kuis terkini.
3. Menentukan nilai peningkatan hasil belajar yang besarnya ditentukan berdasarkan selisih nilai kuis terkini dan nilai dasar (awal) masing-masing siswa dengan menggunakan kriteria berikut ini.

Kriteria Nilai Peningkatan
Nilai kuis/tes terkini turun lebih dari 10 poin di bawah nilai awal 5
Nilai kuis/tes terkini turun 1 sampai dengan 10 poin di bawah nilai awal 10

Nilai kuis/tes terkini sama dengan nilai awal sampai dengan 10 di atas nilai awal 20

Nilai kuis/tes terkini lebih dari 10 di atas nilai awal 30


Penghargaan kelompok diberikan berdasarkan rata-rata nilai peningkatan yang diperoleh masing-masing kelompok dengan memberikan predikat cukup, baik, sangat baik, dan sempurna. 
Kriteria untuk status kelompok :

Cukup, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok kurang dari 15 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 15).

Baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 15 dan 20 (15 ≤ Rata-rata nilai peningkatan kelompok < 20)

Sangat baik, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok antara 20 dan 25 (20 ≤ Ratarata nilai peningkatan kelompok < 25)

Sempurna, bila rata-rata nilai peningkatan kelompok lebih atau sama dengan 25 (Rata-rata nilai peningkatan kelompok ≥ 25)

Contoh proses penentuan penghargaan kelompok
 
Keterangan
Nilai dasar(awal) = nilai tes awal.
Nilai Kuis/tes terkini = rata-rata nilai kuis I dan kuis II.
Nilai penghargaan kelompok = rata-rata nilai peningkatan di kelompok.

4. Implementasi Pendekatan Kooperatif Type TAI (Team Assisted Individualization) dalam Pembelajaran Matematika.
Dalam uraian diatas, telah dibahas pendekatan kooperatif Type TAI yang dapat dirancang guru dalam kegiatan pembelajaran yang berkaitan dengan penyusunan rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP). 
Contoh penerapannya diuraikan dalam rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) berikut ini.
☼ Contoh Model Pembelajaran Kooperatif yang Menggunakan tipe TAI
Berikut ini ditampilkan contoh rancangan kegiatan pembelajaran dengan model pembelajaran kooperatif tipe TAI. Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dibuat untuk satu kompetensi dasar (satu KD) yang alokasi waktunya dapat satu atau lebih dari satu kali pertemuan, sedangkan contoh-contoh yang akan dibahas adalah bagian dari kegiatan dalam pembelajaran satu KD, maka contoh tidak ditampilkan dalam satu RPP utuh. Contoh yang dibahas lebih menekankan pada contoh rancangan langkah kegiatan pembelajaran. Contoh rancangan kegiatan pembelajaran yang diambil pada kelas VII, semester dua, dengan empat kali pertemuan, pada pertemuan ke-1 dan ke-2 menggunakan pendekatan kooperatif tipe TAI sedangkan pertemuan ke-3 dan ke-4 menggunakan pendekatan penemuan terbimbing.

Rencana Pelaksanaan Pembelajaran
(RPP)

A. Standar Kompetensi
Memahami konsep segiempat dan segitiga serta menentukan ukurannya.

B. Kompetensi Dasar
Menghitung keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat serta menggunakannya dalam pemecahan masalah.

C. Indikator Pencapaian Kompetensi
  1. Siswa dapat menghitung keliling segitiga dan segiempat .
  2. Siswa dapat menghitung luas segitiga dan segiempat.
  3. Siswa dapat menyelesaikan soal-soal pemecahan masalah yang berkaitan dengan keliling dan luas bangun segitiga dan segiempat.

D. Kemampuan prasyarat
» Pertemuan ke-1 dan ke-2.
  1. Siswa dapat menyebutkan sifat-sifat segitiga dan segiempat.
  2. Siswa dapat menyebutkan konsep keliling.
» Pertemuan ke-3
  Siswa dapat menyebutkan rumus luas persegipanjang.
» Pertemuan ke-4
  Siswa dapat menyebutkan rumus luas bangun segitiga dan segiempat.

E. Tujuan pembelajaran
Setelah selesai mengikuti kegiatan pembelajaran diharapkan siswa dapat:
  1. menghitung keliling segitiga dan segiempat,
  2. menemukan rumus luas segitiga dan segiempat,
  3. menghitung luas segitiga dan segiempat,
  4. menggunakan konsep keliling dan luas segiempat dalam pemecahan masalah.

F. Sumber/Bahan dan Media pembelajaran
  1. Buku Matematika Jilid VII dari Direktorat PLP, Depdiknas, 2004.
  2. Buku Matematika untuk SMP kelas VII.
  3. Lembar Kerja Siswa.
  4. Bahan Kuis.
  5. Bahan pengecekan kemampuan prasyarat.

G. Pendekatan dan metode pembelajaran
» Pertemuan ke-1 dan ke-2
  1. Pendekatan: Kooperatif tipe Team Assisted Instruction(TAI).
  2. Metode: Diskusi Kelompok, Penugasan dan Tanya jawab.
» Pertemuan ke-3
  1. Pendekatan : Penemuan Terbimbing.
  2. Metode: Diskusi Kelompok, Penugasan dan Tanya Jawab.
» Pertemuan ke-4
  1. Pendekatan: Penemuan Terbimbing
  2. Metode: Diskusi Kelompok, Penugasan dan Tanya Jawab
H. Kegiatan Pembelajaran
Kegiatan pembelajaran yang akan dibahas untuk pertemuan ke-1 dan ke-2 sesuai dengan pembicaraan dalam uraian bab sebelumnya mengenai langkah pembelajaran pendekatan kooperatif tipe TAI.
1. Kegiatan awal.
a. Guru mengkomunikasikan tujuan pembelajaran dan hasil belajar yang
diharapkan akan dicapai oleh siswa.
b. Guru menginformasikan pendekatan pembelajaran menggunakan kooperatif tipe TAI.
c. Guru mengecek kemampuan prasyarat siswa dengan cara tanya jawab.
d. Guru menginformasikan pengelompokan siswa. Setiap kelompok terdiri dari 4 sampai dengan 5, siswa dengan kemampuan akademik yang heterogen.
2. Kegiatan inti.
a. Setiap siswa menyelesaikan tugas berupa soal-soal yang berkaitan dengan keliling dan luas segitiga dan segiempat pada lembar kerja siswa (LKS) yang sudah disediakan oleh guru secara individual. Lembar Kerja Siswa terlampir. Guru mengamati kerja setiap siswa dan memberikan bantuan kepada siswa yang mengalami kesulitan seperlunya.
b. Dengan membawa hasil penyelesaian soal-soal yang telah dikerjakan siswa secara individual, siswa menuju ke kelompok belajar sesuai dengan kelompok yang telah diinformasikan guru.
c. Siswa mendiskusikan hasil pekerjaannya dengan teman satu kelompok dengan cara saling memeriksa, mengoreksi dan memberikan masukan. Guru mengamati kerja kelompok dan memberikan bantuan seperlunya.
d. Setiap kelompok mempresentasikan penyelesaian soal yang sudah dibahas sedangkan guru memfasilitasi siswa dan merangkum serta memberikan penegasan pada pertemuan ke-1 dan ke-2.
e. Untuk pengecekan pemahaman siswa guru memberikan soal kuis yang dikerjakan oleh setiap siswa secara individual. Hasil pekerjaan siswa dikumpulkan sebagai nilai individual.

3. Kegiatan akhir.
a. Guru menunjuk siswa secara acak untuk mengemukakan pendapatnya
mengenai pengalaman belajar selama menyelesaikan tugas secara individu maupun kelompok.

I. Penilaian
1. Penilaian hasil belajar siswa mencakup nilai proses dan nilai akhir hasil belajar.
Data nilai diperoleh dari
No Aspek Pertemuan ke-
  1 2 3 4
1 Pemahaman konsep √ √ √ √
2 Penalaran dan komunikasi √ √ √ √
3 Pemecahan masalah - - - √
4 Afektif - - - √

2. Nilai Akhir Kompetensi Dasar (KD)
Nilai = 50 % Nilai Ulangan harian + 50 % Rata-rata tugas (individual dan kelompok).
3. Siswa yang nilai akhir kompetensi dasarnya di bawah KKM(Kriteria Ketuntasan Minimal) diberi pembelajaran remidi dan dilakukan penilaian remidi. Hasil pelaksanaan remidi digunakan untuk menentukan nilai akhir Kompetensi Dasar(KD).

5. SIMPULAN
Teknik pembelajaran kooperatif memiliki cirri tersendiri yang membedakannya dengan teknik pembelajaran lainnya. Teknik pembelajaran
kooperatif adalah prosedur membelajarkan siswa melalui kelompok kecil dengan melibatkan interdependensi tugas, interdependensi ganjaran, interaksi siswa dengan sumber belajar, dan kompetisi. Teknik pembelajaran kooperatif berbeda dengan teknik kerja kelompok atau tekniki diskusi kelompok. Pelaksanaan teknik pembelajaran kooperatif dapat disesuaikan dengan mata pelajaran yang diampu oleh guru. Dalam melaksanakan teknik ini guru perlu memperhatihkan prosedur dalam tahap persiapan, pelaksanaan dan evaluasi dengan mengacu pada tujuan pembelajaran yang ditetapkan.
 Pada Pembelajaran Kooperatif tipe TAI yang terjemahan bebasnya adalah Bantuan Individual dalam Kelompok (BidaK) tanggung jawab belajar ada pada siswa. Pembelajaran kooperatif tipe TAI ini dikembangkan oleh Slavin. Tipe ini mengkombinasikan keunggulan pembelajaran kooperatif dan pembelajaran individual. Tipe ini dirancang untuk mengatasi kesulitan belajar siswa secara individual. Oleh karena itu kegiatan pembelajarannya lebih banyak digunakan untuk pemecahan masalah, ciri khas pada tipe TAI ini adalah setiap siswa secara individual belajar materi pembelajaran yang sudah dipersiapkan oleh guru. Hasil belajar individual dibawa ke kelompok-kelompok untuk didiskusikan dan saling dibahas oleh anggota kelompok, dan semua anggota kelompok bertanggung jawab atas keseluruhan jawaban sebagai tanggung jawab bersama.
 Dari uraian diatas diharapkan TAI atau BidaK dapat meningkatkan kemampuan siswa dalam belajar matematia baik secara kelompok lebih-lebih secara individual.
 
 
Daftar Pustaka

Anonim. Model Pembelajaran Kooperatif,http://www.daneprairie.com. diakses tanggal 12/9/2008.
Anonim. Pembelajaran Kooperatif. http://www.ditnaga-dikti.org. viewed 26/8/2008 diakses tanggal 12/9/2008
Anonim. Teams Assisted Indivudualization-TAI. http://nizland.wordpress.com. Viewed 24/11/2007 diakses tanggal 12/9/2008.
Al Krismanto, M S.,2003. Beberapa tehnik, model dan strategi dalam pembelajaran matematika. PPG Matematika Yogyakarta.
Erman S Ar. Model Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Kompetensi Siswa Educare: Jurnal Pendidikan dan Budaya. http://educare.f-fkipunla.net. Viewed 26/8/2008 diakses tanggal 5/9/2008
Hendrawadi, 2007. Model-model Pembelajaran. Model by hendrawadimath 07,s. Viewed 26/8/2008 diakses tanggal 5/9/2008.
Ina Karlina, S Pd. Pembelajaran Kooperatif (Cooperative Learning) sebagai Salah Satu Strategi Membangun Pengetahuan Siswa.http:www.sd-binatdenta.com/artikel_ina.pdf. Viewed 30/8/2008 diakses tanggal 12/9/2008.
Suprayekti. Strategi Penyampaian Pembelajaran Kooperatif. P4tk matematika.org http://www.bpkpenabur.or.id. Viewed 30/8/2008 diakses tanggal 5/9/2008
……………. Model Pembelajaran Matematika dengan Pendekatan Kooperatif. Paket Pembinaan Penataran. PPPG Yogyakarta.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar