Kamis, 15 April 2010

IMPLIKASI KEBUTUHAN REMAJA

IMPLIKASI KEBUTUHAN REMAJA 
DALAM PENYELENGGARAAN PENDIDIKAN

by: Heru Wahyudi

I. Pendahuluan

A. Latar Belakang
Siswa merupakan suatu komponen input dalam proses pembelajaran. Berhasil atau tidaknya suatu proses pendidikan banyak bergantung pada keadaan, kemampuan dan tingkat perkembangan siswa itu sendiri. Hasil pendidikan dan proses kemajuannya sudah tentu tidak sama untuk setiap siswa, karena adanya perbedaan individu baik fisik, psikologis maupun kondisi sosial budaya tempat mereka hidup.
Setiap siswa dalam masa remaja juga sebagai anggota masyarakat yang sedang mengalami pertumbuhan dan perkembangan tentu memiliki kebutuhan dan minat serta masalah yang dihadapi dengan karakteristik yang berbeda. Sebagai individu seorang remaja berkedudukan sebagai pribadi yang utuh, pilah, tunggal dan khas. Individu sebagai subjek yang merupakan satu kesatuan psiko–fisik dengan berbagai kemampuannya untuk berhubungan dengan lingkungan, dengan sesama dan dengan Tuhan yang menciptakannya. Sebagai makhluk psiko–fisik remaja memiliki kebutuhan fisik dan psikologis dan sebagai makhluk individu dan sosial remaja memiliki kebutuhan individu (pribadi) dan sosial kemasyarakatan dalam kehidupannya .
Remaja mengalami proses yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya yakni proses secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul sebagai akibat adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau akibat pengaruh kejadian–kejadian dari lingkungan organisme (Hamalik, 1978). Kebutuhan akan menimbulkan dorongan atau motivasi yang mendasari tingkah laku tertentu untuk mencapai tujuan tertentu pula.
Dari uraian di atas dapat disimpulkan bahwa remaja sebagai makhluk individu mempunyai kebutuhan baik pribadi maupun sosial. Sehubungan dengan hal tersebut akan dibahas lingkup kebutuhan remaja sebagai individu dan implikasinya terhadap penyelenggaraan pendidikan di sekolah.



 B. Rumusan Pertanyaan 
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di atas, maka pertanyaan penulisan sebagai berikut:
 1. Apakah yang dimaksud dengan Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia?
2. Apa saja Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Bagaimana Pemenuhannya?
3. Bagaimana Implikasi Kebutuhan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan?

 C. Tujuan Penulisan 
Sesuai dengan pertanyaan penulisan di atas, maka tujuan penulisan sebagai berikut:
 1. Mendeskripsikan Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia.
2. Mendeskripsikan Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya.
3. Mendeskripsikan Implikasi Kebutuhan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

 D. Keterbatasan Penulisan 
  Sehubungan dengan keterbatasan waktu, tenaga, serta kemampuan yang ada pada penulis, maka dalam makalah ini penulis memberi batasan materi yaitu Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia, Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya dan Implikasi Kebutuhan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan.

E. Manfaat Penelitian 
Penulisan ini diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut:
1. Memberikan gambaran tentang Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia, Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya dan Implikasi Kebutuhan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan.
2. Sedangkan bagi penulis sendiri akan memperoleh pengalaman baru, pengetahuan yang lebih luas dan keterampilan yang cukup tentang Implikasi Kebutuhan Remaja dalam Penyelenggaraan Pendidikan serta dalam meningkatkan kualitas proses belajar mengajar lebih lanjut.
II. Pembahasan
A. Pentingnya Kebutuhan Bagi Perilaku Manusia
Individu adalah pribadi yang utuh dan kompleks. Kekompleksan tersebut dikaitkan dengan kedudukannya sebagai makhluk individu dan makhluk sosial. Oleh karena itu di samping seorang individu harus memahami dirinya sendiri, ia juga harus memahami orang lain dan memahami kehidupan bersama dalam masyarakat, memahami lingkungan serta memahami pula bahwa ia makhluk Tuhan. Sebagai makhluk psiko-fisis manusia memiliki kebutuhan-kebutuhan fisik dan psikologis dan sebagai makhluk individu dan makhluk sosial, manusia mempunyai kebutuhan individu dan kebutuhan sosial kemasyarakatan. Dengan demikian maka setiap individu tentu memiliki kebutuhan, karena ia tumbuh dan berkembang untuk mencapai kondisi fisik dan sosial psikologis yang lebih sempurna dalam kehidupannya.
Dalam proses pertumbuhan dan perkembangannya menuju jenjang kedewasaan, kebutuhan hidup seseorang mengalami perubahan-perubahan sejalan dengan tingkat pertumbuhan dan perkembangannya. Kebutuhan-kebutuhan sosial psikologis semakin banyak dibandingkan dengan kebutuhan fisik, karena pengalaman kehidupan sosialnya semakin luas. Kebutuhan itu timbul disebabkan oleh dorongan-dorongan (motif). Dorongan adalah keadaan dalam pribadi seseorang yang mendorongnya melakukan perbuatan untuk mencapai tujuan tertentu (Sumadi, 1984:70). Dorongan dapat berkembang karena kebutuhan psikologis atau karena tujuan-tujuan kehidupan yang semakin kompleks. Semua individu dalam bertingkah laku pada dasarnya dimotivasi oleh kedua kebutuhan yang saling berhubungan satu sama lain, sebagai perwujudan dari adanya tuntutan-tuntutan dalam hidup bersama kelompok sosial sekitar. Menurut Mappiare (1982:130) dua kebutuhan yang dimaksud adalah:
1. Kebutuhan diterima oleh kelompok atau orang-orang lain di sekitar.
2. Kebutuhan menghindari penolakan kelompok atau orang lain.
  Dalam proses pemenuhan kebutuhan-kebutuhan tersebut, individu banyak belajar dari lingkungan sosial di sekitarnya yang menimbulkan pengalaman-pengalaman belajar, antara lain pengalaman bergaul dengan orang tuanya, saudara-saudaranya, keluarganya yang lain, guru-gurunya dan teman-teman sekelompoknya. Melalui pengalaman bergaulnya itu individu belajar dan mengetahui tingkah laku yang bagaimana yang mendatangkan kepuasan baginya dan tingkah laku yang bagaimana yang tidak mengenakkan. Dengan kata lain, individu belajar membentuk pola tingkah laku yang dapat memenuhi kebutuhan tersebut di atas.

B. Jenis–Jenis Kebutuhan Remaja dan Pemenuhannya
Kebutuhan manusia timbul akibat dorongan-dorongan (motif) yang ada pada dirinya. Motif timbul akibat kebutuhan psikologis atau tujuan kehidupan yang kompleks.
Menurut Sunarto (1994:49) kebutuhan dapat dibedakan menjadi dua kelompok yaitu :
1. Kebutuhan Primer yaitu kebutuhan yang merupakan kebutuhan biologis (organik) yang timbul dari dorongan/motif asli seperti kebutuhan makan, minum, bernapas, kehangatan tubuh, dan kebutuhan seksual dan perlindungan diri.
2. Kebutuhan sekunder yaitu kebutuhan yang timbul oleh motif dipelajari (kebutuhan sosial–psikologis) seperti kebutuhan untuk mencari pengetahuan, mengikuti pola hidup bermasyarakat, hiburan dan lainnya.
Remaja sebagai individu pada umumnya mempunyai kebutuhan dasar. Kebutuhan dasar seorang individu oleh Lindgren (Sunarto, 1994:53) dideskripsikan sebagai berikut.
 Deskripsi Karakteristik

4. 
Kebutuhan aktualisasi diri 
Kebutuhan yang terkait langsung dengan pengembangan diri yang relatif kompleks, abstrak dan bersifat sosial
3. Kebutuhan untuk memiliki 
2. Kebutuhan akan perhatian dan kasih sayang 
1. Kebutuhan jasmaniah, termasuk keamanan dan pertahanan diri Kebutuhan yang terkait dengan pertahanan diri khususnya pemeliharaan dan pertahanan diri bersifat individual

Keempat macam kebutuhan tersebut bersifat hirarki dari kebutuhan yang bertingkat rendah yaitu kebutuhan jasmaniah sampai pada kebutuhan yang bertingkat tinggi yaitu kebutuhan aktualisasi diri.
Hirarki kebutuhan tersebut sejalan dengan teori kebutuhan Maslow (Sunarto dan Hartono, 1994:54) yaitu:



 kebutuhan aktualisasi diri
 kebutuhan kognitif
 kebutuhan penghargaan
 kebutuhan cinta kasih
 kebutuhan keamanan
 kebutuhan jasmaniah (fisiologis)

Menurut Lewis dan Lewis (Sunarto dan Hartono, 1994:55) kegiatan remaja didorong oleh berbagai kebutuhan yaitu:
a. kebutuhan jasmaniah
b. kebutuhan psikologis
c. kebutuhan ekonomi
d. kebutuhan sosial
e. kebutuhan politik
f. kebutuhan penghargaan; dan
g. kebutuhan aktualisasi diri

Prescott (Oxendine, 1984:224) mengklasifikasikan kebutuhan remaja sebagai berikut:
1. Kebutuhan psikologis seperti melakukan kegiatan, beristirahat dan kegiatan seksual;
2. Kebutuhan sosial (status) seperti menerima, diterima, menyukai orang lain;
3. Kebutuhan Ego atau interaktif seperti kontak dengan kenyataan, harmonisasi dengan kenyataan, dan meningkatkan kematangan diri sendiri.
Maslow mengungkapkan bahwa kebutuhan psikologis akan muncul setelah kebutuhan-kebutuhan fisiologis terpenuhi. Ia mengklasifikasikan kebutuhan sebagai berikut:
1. Kebutuhan akan keselamatan (Safety needs);
2. Kebutuhan memiliki dan mencintai (belonging and love needs);
3. Kebutuhan untuk mendapatkan penghargaan (esteem needs);
4. Kebutuhan untuk menonjolkan diri (self–actualizing needs)
Perumusan kebutuhan tersebut berjalan secara hirarkis dan sistematis. Suatau kebutuhan baru akan terpuaskan setelah kebutuhan sebelumnya terpenuhi. Pada akhirnya seseorang akan berusaha untuk mendapatkan kepuasan atas kebutuhan tertinggi yaitu kebutuhan self–actualizing

C. Kebutuhan Remaja dan Implikasinya dalam penyelenggaraan Pendidikan
Dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut :
1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa;
2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui masalah–masalah yang sedang mereka hadapi
3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang berada di bawah bimbingannya.
Dari uraian di atas, kebutuhan remaja diklasifikasikan menjadi 4 kelompok kebutuhan yaitu:
1. kebutuhan organik yaitu makan, minum, bernapas, seks;
2. kebutuhan emosional yaitu kebutuhan untuk mendapatkan simpati dan pengakuan dari pihak lain dikenal dengan n’Aff;
3. kebutuhan berprestasi atau need of achievement dikenal dengan n’Ach yang berkembang karena dorongan untuk mengembangkan potensi yang dimiliki dan sekaligus menunjukkan kemampuan psikofisis; dan
4. kebutuhan untuk mempertahankan diri dan mengembangkan jenis.
Sejalan dengan pemikiran Maslow tentang Teori Hierarki Kebutuhan Individu yang sudah dikenal luas, namun aplikasinya untuk kepentingan pendidikan siswa di sekolah tampaknya belum mendapat perhatian penuh. Secara ideal, dalam rangka pencapaian perkembangan diri siswa, sekolah seyogyanya dapat menyediakan dan memenuhi berbagai kebutuhan siswanya. 
Berikut ini beberapa kemungkinan yang bisa dilakukan di sekolah dalam mengaplikasikan teori kebutuhan Maslow: 
1. Pemenuhan Kebutuhan Fisiologis : 
 Menyediakan program makan siang yang murah atau bahkan gratis. 
 Menyediakan ruangan kelas dengan kapasitas yang memadai dan temperatur yang tepat 
 Menyediakan kamar mandi/toilet dalam jumlah yang seimbang. 
 Menyediakan ruangan dan lahan untuk istirahat bagi siswa yang representatif. 
2. Pemenuhan Kebutuhan Rasa Aman:
 Sikap guru: menyenangkan, mampu menunjukkan penerimaan terhadap siswanya, dan tidak menunjukkan ancaman atau bersifat menghakimi. 
 Adanya ekspektasi yang konsisten 
 Mengendalikan perilaku siswa di kelas/sekolah dengan menerapkan sistem pendisiplinan siswa secara adil. 
 Lebih banyak memberikan penguatan perilaku (reinforcement) melalui pujian/ganjaran atas segala perilaku positif siswa dari pada pemberian hukuman atas perilaku negatif siswa. 
3. Pemenuhan Kebutuhan Kasih Sayang atau Penerimaan:
a. Hubungan Guru dengan Siswa :
 Guru dapat menampilkan ciri-ciri kepribadian: empatik, peduli dan interes terhadap siswa, sabar, adil, terbuka serta dapat menjadi pendengar yang baik. 
 Guru dapat menerapkan pembelajaran individu dan dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya) 
 Guru lebih banyak memberikan komentar dan umpan balik yang positif dari pada yang negatif. 
 Guru dapat menghargai dan menghormati setiap pemikiran, pendapat dan keputusan setiap siswanya. 
 Guru dapat menjadi penolong yang bisa diandalkan dan memberikan kepercayaan terhadap siswanya. 
b. Hubungan Siswa dengan Siswa :
 Sekolah mengembangkan situasi yang memungkinkan terciptanya kerja sama mutualistik dan saling percaya diantara siswa 
 Sekolah dapat menyelenggarakan class meeting, melalui berbagai forum, seperti olah raga atau kesenian.  
 Sekolah mengembangkan diskusi kelas yang tidak hanya untuk kepentingan pembelajaran. 
 Sekolah mengembangkan tutor sebaya 
 Sekolah mengembangkan bentuk-bentuk ekstra kurikuler yang beragam. 
4. Pemenuhan Kebutuhan Harga Diri:
a. Mengembangkan Harga Diri Siswa
 Mengembangkan pengetahuan baru berdasarkan latar pengetahuan yang dimiliki siswanya 
 Mengembangkan sistem pembelajaran yang sesuai dengan kebutuhan siswa 
 Memfokuskan pada kekuatan dan aset yang dimiliki setiap siswa  
 Mengembangkan strategi pembelajaran yang bervariasi 
 Selalu siap memberikan bantuan apabila para siswa mengalami kesulitan 
 Melibatkan seluruh siswa di kelas untuk berpartisipasi dan bertanggung jawab. 
 Ketika harus mendisiplinkan siswa, sedapat mungkin dilakukan secara pribadi, tidak di depan umum
b. Penghargaan dari pihak lain
 Mengembangkan iklim kelas dan pembelajaran kooperatif dimana setiap siswa dapat saling menghormati dan mempercayai, tidak saling mencemoohkan.
 Mengembangkan program “star of the week”
 Mengembangkan program penghargaan atas pekerjaan, usaha dan prestasi yang diperoleh siswa.
 Mengembangkan kurikulum yang dapat mengantarkan setiap siswa untuk memiliki sikap empatik dan menjadi pendengar yang baik.
 Berusaha melibatkan para siswa dalam setiap pengambilan keputusan yang terkait dengan kepentingan para siswa itu sendiri
c. Pengetahuan dan Pemahaman
 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk mengeksplorasi bidang-bidang yang ingin diketahuinya. 
 Menyediakan pembelajaran yang memberikan tantangan intelektual melalui pendekatan discovery-inquiry 
 Menyediakan topik-topik pembelajaran dengan sudut pandang yang beragam 
 Menyediakan kesempatan kepada para siswa untuk berfikir kritis dan berdiskusi. 
d. Estetik
 Menata ruangan kelas secara rapi dan menarik 
 Menempelkan hal-hal yang menarik dalam dinding ruangan, termasuk di dalamnya memampangkan karya-karya seni siswa yang dianggap menarik. 
 Ruangan dicat dengan warna-warna yang menyenangkan 
 Memelihara sarana dan prasarana yang ada di sekeliling sekolah 
 Ruangan yang bersih dan wangi 
 Tersedia taman kelas dan sekolah yang tertata indah 

5. Pemenuhan Kebutuhan Akatualisasi Diri

 Memberikan kesempatan kepada para siswa untuk melakukan yang terbaik bagi dirinya 
 Memberikan kebebasan kepada siswa untuk menggali dan menjelajah kemampuan dan potensi yang dimilikinya 
 Menciptakan pembelajaran yang bermakna dikaitkan dengan kehidupan nyata. 
 Perencanaan dan proses pembelajaran yang melibatkan aktivitas meta kognitif siswa. 
 Melibatkan siswa dalam proyek atau kegiatan “self expressive” dan kreatif

II. Simpulan/Penutup
Remaja mengalami proses yang sangat penting dalam pertumbuhan dan perkembangannya yakni proses secara berkelanjutan guna memenuhi kebutuhannya. Kebutuhan adalah kecendrungan permanen dalam diri seseorang yang menimbulkan dorongan dan kelakuan untuk mencapai tujuan tertentu. Kebutuhan muncul sebagai akibat adanya perubahan (internal change) dalam organisme atau akibat pengaruh kejadian–kejadian dari lingkungan organisme.
Sebagai implikasi pemenuhan kebutuhan remaja dalam penyelenggaraan pendidikan di sekolah, guru hendaknya selalu sensitif terhadap kebutuhan para siswa (remaja) dan berusaha memahaminya sebaik mungkin. Untuk itu guru perlu memperhatikan aspek berikut:
1. Mempelajari kebutuhan remaja melalui berbagai pendapat orang dewasa;
2. Mengadakan angket yang ditujukan kepada para remaja untuk mengetahui masalah–masalah yang sedang mereka hadapi
3. Bersikap sensitif terhadap kebutuhan yang tiba–tiba muncul dari siswa yang berada di bawah bimbingannya.
4. Guru dapat menerapkan pembelajaran individual dan kelompok serta dapat memahami siswanya (kebutuhan, potensi, minat, karakteristik kepribadian dan latar belakangnya)
5. Penyelenggaraan kegiatan ekstrakurikuler yang variatif dapat mengakomodir kebutuhan yang berbeda dari siswa.

DAFTAR PUSTAKA
Hamalik, Oemar, 2007. Dasar–dasar Pengembangan Kurikulum. Bandung:Remaja Rosda Karya

Sunarto, H. Dan B. Agung Hartono, 1994. Perkembangan Peserta Didik. Jakarta:Rineka Cipta

Fadliyanur’s, 2008. Pendidikan Indonesia Menurut UUD 1945. Diambil pada 6 Nopember 2008 dari http://fadliyanur’s.wordpress.com

Ali, Muh. dan Asrori, Muh. 2006. Psikologi Remaja. Jakarta:Bumi Aksara

Oxendine, Joseph. 1984. Psychology of Motor Learning. New Jersey:Prentice-Hall.Inc.

Mappiare, Andi. 1982. Psikologi Remaja. Surabaya:Usaha Nasional

Putranti, Nurita. 2008. Remaja dan Permasalahannya. Diambil pada 6 Nopember 2008 dari http://nuritaputranti.wordpress.com

Sudrajat, Akhmad. 2008. Aplikasi Kebutuhan Remaja di Sekolah. Diambil pada 6 Nopember 2008 dari http://akhmadsudrajat.wordpress.com

Suryabrata, Sumadi. 1984. Psikologi Pendidikan. Jakarta: Rajawali.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar